Home > Info IT > Solusi Untuk RT-RW-Net

Solusi Untuk RT-RW-Net

xDSL yang sedang naik daun

Perlu dicermati bahwa akses atau sambungan lokal tetap (fixed) yang
menjadi penopang xDSL seperti Speedy densitasnya baru 4% dari jumlah
penduduk Indonesia.

Ini yang menjadi kendala yang dari awal saya ingatkan sejak 5 tahun lalu
dalam milis2 telematikan. Tetapi ide saya ini suka dikerdilkan (bahkan
dianggap kuno dan membela TELKOM) dengan mengatakan bahwa sambungan
lokal kabel adalah terlalu mahal dibandingkan nir-kabel seperti CDMA.

Nah, kita berhenti dan renungkan sebentar, ya.

Lanjutnya.
Teknologi xDSL, termsuk ADSL yang digunakan Speedy dll, adalah memang
teknologi masa depan. Memang mil terakhir (last mile) akses lokal adalah
bagian terbesar dari investasi telekomunikasi, khususnya apabila berupa
akses kabel tembaga atau SO (serat optik).

Memang masa depan akses lokal adalah SO semua. Ini tak terhindarkan,
karena pelanggan butuh pita lebar yang makin besar kapasitasnya, yaitu
2, 8 .. Mbps dst untuk menyalurkan video bahkan HDTV (High Definition
TV) yaitu gambar layar lebar (widescreen) dst.
Jadi investasi untuk kabel lokal itu suatu keharusan, bukan pilihan lagi.

Mengapa harus tembaga, kalau bisa langsung SO. Bukankah harga kabel SO
sama, dan di masa depan akan lebih murah dari tembaga?
Masalahnya bukan kabelnya, tetapi perangkat terminalnya.

Sekarang kecenderungannya, terminal SO makin dekat ke gedung/rumah,
sehingga kabel tembaga makin pendek. Dan dari simpul (node) SO terdekat
ini, setelah lewat MODEM, didistribusikan ke rumah-rumah tidak lebih
dari 250 m.
[kalau langsung dg SO ke gedung/rumah = FTTH, investasinya bisa 6 kali
dari FTTCurb yang digambarkan di atas]

WiFi dan RT/RW Net
Kita jangan terlalu cepat terpukau dengan suatu teknologi baru dan
kemudian meninggalkan yang lama. Sama seperti kita jangan terlalu cepat
minggalkan kabel tembaga yang kuno ketika nir-kabel CDMA masuk dan
begitu diagung-agungkan oleh para cerdik-pandai kita. Kita jangan
terlalu cepat termakan promosi Industri manufaktur multinasional yang
sering hanya memperlihatkan satu sisi baiknya saja dan menekan sisi baik
teknologi lain. Maklum, barang supaya cepat laku.

[Ini sekaligus saya ingatkan mereka yang gandrung dg WiMax bergerak
(mobile) versi E yang masih lama dibutuhkan Indonesia. Lebih baik
menaati standar nasional WiMax versi D yang cukup tetap dan bisa
dipindah atau nomadik. Jangan diombang-ambingkan perusahaan
multi-nasional bahwa versi E jauh lebih murah daripada versi D, dsb.
Sementara itu standar IEEE 802 masih terus berkembang]

Seperti saya uraikan di atas yang menikmati sambungan akses kabel
tembaga hanya 4% dari penduduk. Jadi masih ada sebagian besar dari
penduduk yang belum dapat menikmati sambungan lokal kapasitas besar ADSL.

[Memang ada akses telekomunikasi bergerak 2G, 3G dan 4G (WiMax dll) yang
disingkat IMT, bisa memberikan kompensasi, tetap tentunya tak akan bisa
bersaing dengan sambungan tetap yang pita frekuensi bisa ditambah tanpa
harus membayar BHP=biaya hak frekuensi yang memang layak dihargai mahal
sebagai sumber alam terbatas]

Nah, oleh karena itu maka akses nir-kabel lokal seperti WiFi atau di
kemudian hari WiMax (sambungan tetap) merupakan teknologi yang umurnya
masih akan lama. Khususnya di negara berkembang seperti Indonesia yang
luas sekali, dan entah kapan bisa tersambung dengan SO menjangkau
seluruh negeri sampai ke Dukuh (di bawah Desa) atau RW apalagi RT.

Indonesia Inovator RW/RT Net Untuk Dunia

Di sinilah peran dari ahli-ahli lapangan telematika seperti pak Michael
dll akan berperan besar. Mengenai rinciannya pentolan-pentolan dari
milis IndoWLI yang jumlahnya mendekati 10.000 dan Telematika lebih
pandai dari saya.

Dan singkatnya, saya ingin melihat industri UMKM (Industri Mikro, Kecil
dan Menengah) dapat berperan besar. Tidak hanya untuk Indonesia,
melainkan untuk Dunia du Dunia!

Categories: Info IT Tags:
  1. No comments yet.
  1. No trackbacks yet.

Leave a comment